1. Kitab Hosea
Allah menyatakan kesetiaan kepada bangsa Israel meskipun mereka telah menyembah ilah lain, yang telah dikisahkan dalam perkawinan Hosea, utusanNya dengan seorang perempuan sundal, Gomer. Dari perkawinan itu memperoleh anak. [1] Pernikahan Hosea untuk kedua kalinya dengan perempuan sundal yang melambangkan ketidaksetiaan umat Israel kepada Allah. Yang dasar yang beritakan oleh Hosea ialah Kasih Allah yang dalam kepada umatNya melaui kisah perkawinannya[2].
2. Kitab Yoel
Malapetaka itu diartikan Nabi Yoël sebagai pertanda datangnya Hari Tuhan yang ditandai dengan datangnya belalang yang mengancam daerah Yehuda dan kota Yerusalem. Diinterpretasikan dan dijelaskan sebagai suatu tanda hari Tuhan. Seluruh umat harus bertobat dengan segenap hati. Tuhan menghukum siapa saja yang melawan kehendakNya. Nabi Yoël menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa Israel supaya bertobat, dan juga janji Tuhan untuk memberkati umatNya dan memulihkan kemakmuranNya. Satu hal yang penting ialah janji bahwa Tuhan akan memberikan roh-Nya kepada setiap orang, baik wanita maupun pria, tua maupun muda.[3]
Dalam pemahaman inilah jelas bahwa yang menderitalah yang mendapat menjanjikan suatu masa depan baru. Semua yang menderitalah yang mempertahankan agar cahaya kebenaran dan kasih dan keadilan tetap bersinar dalam kegelapan dunia penuh dusta, pemerasan dan kebencian. [4]
3. Kitab Amos
Amos bekerja sebagai nabi dan bernubuat di Israel Utara, menjelang akhir pemerintahan Raja Yerobeam II ( 786-746). Dia bernubuat tentang hukuman yang akan datang di Israel Utara oleh karena ketidakadilan dan ketidakbenaran yang terjadi pada saat itu. Dia juga menentang peribadatan Israel yang kelihatan teratur dan terorganisir ternyata semua adalah kebohongan. Dengan demikian tujuan Tuhan melalui Amos yaitu menghukum orang Israel adalah untuk menyadarkan mereka dari dosa dan kejahatan dan Allah ingin menyatakan kenyataan dan besarnya perhatian Allah agar bangsa Israel tetap menjadi miliknya[5]
4. Kitab Obaja
Nama Obaja berarti Hamba Tuhan (Ebed Yahwe). Kitab ini adalah kitab yang paling kecil dalam Perjanjian Lama yang terdiri dari satu pasal saja. Ia bernubuat pada saat Yerusalem sudah dihancurkan.[6] Nubuat Obaja ditujukan kepada Edom. Hukuman Tuhan akan menimpa Edom oleh karena mereka menyerang Yerusalem, mereka telah bersukacita atas kesengsaraan umat Allah. Untuk perbuatan mereka itu mereka akan kena hukuman dari Allah. Edom akan dibasmi. Dengan demikian tujuan dari penulisan kitab ini adalah bahwa ingin menunjukkan kesetiaan Allah kepada Israel dengan menghukum siapa saja yang bersukacita atas penderitaan umatNya.[7]
5. Kitab Yunus
Kitab ini dengan tegas melawan sikap rasial, nasional dan eksklusif. Orang yang bersikap rasial dan fanatik dikritik, karena yang demikian itu secara tidak sadar telah menempatkan dirinya diatas Tuhan Allah. Yunus, atas nama agamanya yang fanatik dan eksklusif, menolak panggilan Tuhan dengan maksud tidak ingin ada bangsa lain yang selamat dan dikasihi oleh Tuhan. Meskipun pada akhirnya kehendak Tuhan yang berlaku, sekalipun ia tidak bisa menerima kenyataannya.[8] Pemberian keselamatan dari Tuhan tidak dibatasi kepada Bangsa Israel saja, tetapi bangsa-bangsa lain pun dapat mengambil bagian didalamnya.[9]
6. Kitab Mikha
Tujuan penulisan buku ini adalah mengungkapkan kebencian terhadap korupsi dan kepura-puraan yang dilakukan oleh Yerusalem dan para pemimpinnya. Mikha mengutuk praktik-praktik keagamaan yang tercerai dari perilaku etis (3:9-10,6:3-5,6-8). Mikha agaknya bukanlah seorang nabi yang profesional. Ia mengecam para nabi yang memberikan orakel dengan bayaran (3:11), atau yang menyesuaikan isi pesan kenabiannya sesuai dengan kemurahan hati para kliennya (3:5). Kredensinya adalah ilham ilahi, dan Mikha tetap bergeming dalam membela kebenaran moral (3:8). Mikha tampak sadar benar akan panggilannya. Hal ini diperlihatkan oleh kegigihannya untuk berbicara tentang masalah-masalah pada zamannya dalam kerangka kewajiban ikatan perjanjian Israel. Di balik perjanjian itu, meskipun Israel gagal mempertahankan ikatan itu, terdapat Allah perjanjian yang akan memimpin bangsaNya ke masa depan yang gemilang.[10]
7. Kitab Nahum
Nahum adalah orang yang berasal dari Elkosy di Yehuda. Ia bernubuat tentang tenggelamnya Niniwe pada tahun 612 sM. Niniwe, yang selalu mengancam Yehuda, akan dihancurkan dan ditenggelamkan oleh hukuman Allah dan menyelematkan umatNya[11]. Dengan demikian tujuan penulisan Nahum adalah untuk memberitahukan keadilan dan kemurahan hati Allah: “ Tuhan itu baik bagi orang yang menantikan Dia, menjadi tempat pengungsian pada waktu kesesakan” Bentuk pengharapan bangsa Israel supaya Allah menghancurkan musuh Yehuda. Hal ini merupakan bukti kepercayaan yang teguh akan keadilan Allah dalam penghakiman[12]
8. Kitab Habakuk
Habakuk muncul sebagai nabi ketika Kerajaan Asyur sedang roboh dan Babylonia berkuasa atas timur tengah.[13] Kitab Habakuk memperlihatkan perjuangan rohani seorang nabi yang bergumul dengan Tuhannya, yaitu pergumulan kepercayaan.[14] Dimana ia kurang percaya kalau Allah menggunakan orang jahat, (orang Kasdim) untuk menghukum orang Yehuda. Allah belum menghakimi kejahatan orang Yehuda dan ini menjadi permasalahan Habakuk. Pergumulan ini juga masalah moral nya karena orang Kasdim sendiri adalah kekejaman dan kekejian Kasdim itu menyangkal kebenaran Allah. [15]Yang menjadi sarana utama kritik Habakuk adalah Allah sendiri, bukan umatNya. Dosa Yehuda sudah begitu keji dan kejam sehingga nama Allah sendiri terancam karena keenggananNya untuk menghakimi mereka. Permohonannya akan penghakiman Allah mempunyai dua segi: pembalasan terhadap orang jahat dan pembenaran bagi orang benar.[16]
9. Kitab Zefanya
Zefanya hidup pada masa pemerintahan Yosia.[17] Zefanya artinya, “ Tuhan menyembunyikan”. Dia bernubuat mengenai hari Tuhan yang telah lebih dulu muncul dalam nubuat-nubuat Amos ( Amsal 5: 18-20). Di Yehuda dia mengjatuhkan hukuman karena kehidupan agama kerajaan merosot tajam menyusul kematian Hizkia. Disana agama direndahkan nilainya sampai pada tingkat lahiriah semata. Bangkit kembali penyembahan berhala seperti yang terjadi pada zaman Ahas (2 Raja 16: 3-4). Nubuat-nubuat amanta suram Zefanya mencela penyembahan berhala yang di Yerusalem. Zefanya menyatakan bahwa penghukuman Allah akan segera menimpa Yehuda dan Yerusalem beserta daerah sekitarnya. Tetapi dibalik semua hukumannya itu Allah telah mempersiapkan mereka menjadi alat berkat semua manusia.[18]
10. Kitab Hagai
Nabi Hagai mulai bernubuat pada masa pemerintahan Darius, Raja Persia (521-485 sM).[19] Hagai menyalahkan umat Israel yang mengalami kekeringan dan bencana karena mereka setelah kembali dari pembuangan, lebih mengutamakan pembangunan rumah-rumah mereka dari Bait Allah.[20] Dengan itu Allah mengutus nabi Hagai untuk mengajurkan kepada orang-orang Yahudi untuk membangun Bait Suci agar dapat menghibur hati mereka dalam mengahdapi kesulitan-kesulitan.[21]
11. Kitab Zakharia
Nubuatnya dapat dibagi dua yaitu :
1. Pasal 1-8 berisi ramalan-ramalan Nabi Zakharia yang diucapkannya antara tahun 520 dan tahun 518 s.M.. Ramalan-ramalan itu kebanyakan dinyatakan dalam bentuk penglihatan-penglihatan, dan membicarakan perbaikan Yerusalem, pembangunan kembali Rumah Tuhan (Bait Allah), serta penyucian umat Tuhan. Zakharia meramalkan juga masa kedatangan Raja yang dijanjikan Tuhan kepada umat-Nya.
2. Pasal 9-14 merupakan kumpulan pesan-pesan yang diucapkan pada masa-masa yang lebih kemudian. Di sini dibicarakan Juruselamat yang akan datang ke dunia, dan penghakiman terakhir.[22]
Dalam penglihatan itu nabi melihat imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat Tuhan dengan pakaian kotor. Lalu setan datang untuk mengadukan Yosua kepada Tuhan. Tetapi pengaduan itu di tolak oleh Tuhan; Allah akan membersihkan semua dosa Yosua, lalu menyuruh dia mengenakan pakaian yang bersih dan serban yang bersih pula. Dosa Yosua telah diampuni. Penglihatan yang lain tentang kandil dan emas. Nabi Zakharia melihat melihat sebuah kandil dan berdiri di antara dua pohon zaitun. Kandil ini bersama pelita-pelitanya di hubungkan dengan temapat minyak, dan ini dihubungkan lagi dengan kedua pohon tadi, sehingga terus-menerus ada mengalir minyak pelita-pelita itu.[23]
12. Kitab Maleakhi
Nabi Maleakhi yang artinya “UtusanKu”, yang disuruh Tuhan “mempersiapkan jalan dihadapanNya” sekitar abad kelima Sebelum Masehi, sesudah Bait Allah di Yerusalem dibangun kembali. Buku ini terutama dimaksudkan untuk mendorong para imam dan rakyat supaya membaharui kesetiaan mereka kepada perjanjian dengan Tuhan. Sudah jelas bahwa ada kemerosotan dalam kehidupan dan cara beribadat umat Tuhan. Para imam dan rakyat menipu Tuhan: mereka tidak memberikan kepada Tuhan apa yang harus mereka persembahkan kepada-Nya dan tidak hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Tetapi Tuhan akan datang untuk mengadili dan menyucikan umat-Nya. Ia akan mengirim utusan-Nya untuk menyiapkan jalan dan mewartakan perjanjian Tuhan. Mereka yang sewajarnya mengajar yang benar dan adil dengan mengikuti sendiri kehendak Allah dan menghindarkan sesamanya dari kesalahan itu dan dengan demikian mendatangkan kehidupan dan damai sejahtera ditengah umat Israel, sebaliknya “membuat banyak orang tergelincir oleh pengajarannya dan mendatangkan kutuk.[24]
DAFTAR PUSTAKA
Baker, F. L,
2004 Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Barth, C,
2005 Theologia Perjanjian Lama 4, Jakarta: Gunung Mulia
Blommendaal, J,
2008 Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
Browning, W. R. F,
2007 Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Douglas, J.D (peny),
2007 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I A-N, Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih
Kiamer, A. Th.
1998 Tafsiran Alkitab: Kitab Yunus, Jakarta: Gunung Mulia
Kuiper, A. de,
2003 Tafsiran Alkitab : Kitab Hosea, Jakarta: BPK – Gunung Mulia
Lasor, W. S. dkk,
2001 Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Pillon, P.K,
2003 Tafsiran Alkitab: Kitab Yoel, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Snoek, I,
2004 Sejarah Suci, Jakarta: Gunung Mulia
Song, Choan Seng,
1990 Allah Yang Turut Menderita,
Wahono, S. Wismoady,
1990 Disini Kutemukan,
Sumber lain :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Mikha, diakses pada tanggal 20 Februari 2009, pukul 20.25
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Zakharia, diakses pada tanggal 20 Februari 2009, pukul 20.45
[1] A. de Kuiper, Tafsiran Alkitab : Kitab Hosea, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hlm. 6
[2] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, hlm. 126
[3] P.K Pillon, Tafsiran Alkitab: Kitab Yoel, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hlm. 11
[4] Choan Seng Song, Allah Yang Turut Menderita,
[5] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990, hlm. 158-160
[6] Blommendaal, Op.Cit, hlm. 131-132
[7] F. L. Baker, Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, hlm. 656
[8] Ibid, hlm. 265
[9] A. Th. Kiamer, Tafsiran Alkitab: Kitab Yunus,
[10] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Mikha, diakses pada tanggal 20 Februari 2009, pukul 20.25
[11] Baker, Op.Cit, hlm. 671
[12] W. S. Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, hlm. 367
[13] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005, hlm. 66
[14] I. Snoek, Sejarah Suci, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, hlm. 224
[15] J. B. Taylor, “Habakuk” dalam J.D Douglas (peny), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007, hlm. 351
[16] Lasor, Op. Cit, hlm. 370
[17] Snoek, Op.cit, hlm. 224
[18] C. F. Pfeiffer, “Zefanya” dalam J.D Douglas (peny), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007, hlm. 650-651
[19] Blommendaal, Op.Cit, hlm. 139
[20] W. R. F Browning, Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007, hlm.128
[21] Baker, Op.Cit, hlm. 717-712
[22] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Zakharia, diakses pada tanggal 20 Februari 2009, pukul 20.45
[23] Baker, Op.Cit, hlm. 718-719
[24] Barth, Op.Cit, hlm. 128-129

