Minggu, 15 Februari 2009

Sejarah Musik

BAB 1

MUSIK DI YUNANI KUNO

DAN

DI ROMAWI KUNO


  1. Musik di Yunani Kuno

Tradisi kebudayaan Yunani kuno adalah suatu kebudayaan pemikiran Eropa barat selama 2000 tahun silam. Menurut mitos Yunani kuno, musik dianggap sebgai ciptaan dewa-dewi atau setengah dewa atau Apollo, Amphion, dan Orpheus. Jadi ada anggapan bahwa musik memilki kekuasaan ajaib yang dapat menyempurnakan tubuh dan jiwa manusia serta dapat membuat muzijat dalam dunia alamiah. Musik tidk dapat dipisahkan dari acara keagamaan, misalnya alat musik yang terkait dalam aliran Apollo dalam agama Yunani kuno adalah lyra (sejenis harpa kecil); sebuah alat yang ada hubungannya dengan aliran Dionysus yaiut aulos. Lyra dan kithara merupakan alat musik ketik dan mempunyai tali senar lima sampai tujuh. Keduanya digunkan untuk mengiringi musik epik (seperti Illiad, ciptaan Homer dari abad ke-8 SM) dan juga sebgai alay musik solo. Aulos adalah sebuah alat msijk tiup yang terbuat dari kayu yang terdiri dari dua pipa, masing - masing mempunyai reed ganda dan lubang jaring suaranya keras dan nyaring. Bentuknya dua reed dan dua pipa yang membuat para musikolog, seperti Curt Sachs, berpendapat bahwa ada sejenis poliponik dalam dua suara pada musik Yunani. Aulos dipakai untuk mengiringi sajian Dithyramb, suatu jenis musik yang spesipik yang diperdengarkan dalam ibadah Dionysus. Bentuk puisi ini merupakan sumber dari drama Yunani. Aulos juga mengiringi sekelompok paduan suara dan musik bagian lain yang dibutuhkan drama-drama agung yang ciptakan oleh Sophcles dan Euripides.

Lyra dan Aulos banyal digambarkan pada sisi keramik Yunani kuno yang masih ada sampai sekarang. Keduanya juga dimainkan secara solo pada pekan olahraga, kemungkinan besar dengan cara mengimprovisasikan. Pada abad ke-4 seorang filosof yang bernama Aristoteles (sekitar tahun 384 samapi 322 SM) mengkritik kecenderungan virtuoso yang berhubungan dengan pendidikan musik.

Setelah kejayaan masa klasik dalam kebudayaan Yunani, suatu rekasi terhadap kompleksitas teknik dalam musik menjadi tampak, dan pada awal zaman Kristen musik Yunani banyak di sederhanakan, baik secara teoretis maupun sacara praktis. Contoh–contoh notasi musik pada Yunani kuno yang masih ada masa kini adalah dua lagu pujian kepada Apollo (sekitar tahun 150 SM), sebuah lagu untuk acar minum pada tahun yang sama dan tiga lagu dari Mesomedes, kreta, yang ciptakan pada abad ke-2 M. Jadi naskah – naskah ini tidak bisa mewakili keadaan musik Yunani pada kejayaan masa klasik. Meskipun pengetahuan kita tentang musik Yunani terbatas, perkiraan para musikolog tentang ciri-ciri musik ini adalah sebagai berikut :

  1. Menurut Grout, musiknya bersifat monofonis dengan heterofoni (melodi asli yang disuarakan sekaligus dengan sebuah, atau beberapa variasi melodi yang sama) pada waktu alat musik mengikuti suara. Curt Sachs berpendapat bahwa polifoni terdapat dalam musik Yunani, baik pada masa awal maupun pada masa akhir. Sebagai buktui ia menyebutkan teori Yunani tentang interval konsonan dan disonan, dengan oktaf, kuin, kuart dianggap konsonan dan sekonda. Terts, seksta, septim dianggap disonan.

  2. Improvisasi telah dipraktekkan, namun diatur melalui konvensi-konvensi bentuk dan gaya pemakaian beberapa pola melodi yang mendasar.

  3. Ada hubungan yang erat antara teks dan musik. Serta melodi ucapan dan irama dan puisi yang menentukan cara menysunnnya dalam musik.


  1. Teori Musik Yunani Kuno

Musik Yunani kuno sangat berpengaruh pada masa selanjutnya melalui teori musiknya, secara khusus pada teori musk Islam dan juga pada musik Eropa barat selam abad pertengahan. Teori musik ini dapat dikelompokkan kedalam kedua golongan :

1. Ide-ide tentang sifat musik : peranannnya di alam semesta. Efek-efeknya, dan gunanya dalam masyarakat.

2. Penjelasan tentang interval-interval, modus-modus, dan komposisi musik.


Banyak diantara wawasan dan prinsip Yunani kuno tentang filsafat dan ilmu musik masih berpengaruh sampai sekarang. Misalnya, ukuran interval- interval musik, termasuk pembagian oktaf dalam delapan nada, telah dibuat oleh Phytagoras pada pertengahan abad ke-6 SM. Phytagoras juga merumuskan ide ”harmoni” dari alam semesta (music of the spheres) dan menjadi ide sangat populer diantara teoritikus dari abad pertengahan.

Suatu risalah berisi teoru musik yang tertua adalah harmonics, karya Aristoxenus (sekitar tahun 330 SM) yang termasuk uraian mengenai tetrakord (kumpulan empat nada antara nada yang tertinggi yang paling rendah berjarak satu kuart).

Plato (sekitar tahun 427 SM) dan Aristotle menguraikan teori tentang ethos, atau sifatmoral dan efek yang dihasilkan oleh musik. Menurut Aristotle, musik menirukan dan menggambarkan emosi dan keadaaan manusia. Jadi, kalau seorang mendengarkan musik, emosinya sendiri akan dipengaruhi serupa dengan sifat musik tersebut. Plato dan Aristotle berpendapat beberapa jenis musik tertentu harus di kontrol demi kebaikan masyrakat. Menurut mereka, kesenian dan pendidikan tanpa peraturan akan menghasilkan orang yang tidak bermoral dan masyarakat yang bersifat anarkis. Isu ini masih relevan pada masa kini misalnya :

    1. Para diktator, baik fasis maupun komunis, barusaha mengontrol kegiatan musik dari masyarakatnya demi tujuan sosial politik

    2. Gereja- gereja biasanya menciptakan norma-norma tentang musik yang dipakai dalam ibadah

    3. Para pendidik merasa prihatin tentang jenis – jenis musik (juga gambar – gambaran dan tulisan) yang didengar oleh anak – anak dan pemuda – pemudi



C. Musik di Romawi Kuno.

Selama lebih dari 5 abad, Roma memerintah sebagian besar budaya (tetapi daerah jerman tidak), Inggris, Afrika Utara dan daerah Turki. Stabilitas yang dihasilkan oleh Roma banyak membantu perkembangan kesenian. Pada umunya, kebuadayaan Romawi di pengaruhi daerah Italia dan Yunani. Alat – alat musik yang diciptakan dan dikembangkan oleh para pemusik Roma termasuk beberapa alat tiup logam dan jenis terompet dan horn sebuah organ (hydraulis) dengan papan tuts yang di tiup dengan tekanan air memperlihatkan pemakaian teknologi tinggi. Organ – organ itu dipakai dalam teater-teater terbuka untuk mengiringi pertempuran gladiator (budak-budak atau tawanan yang disuruh berkelahi dalam tontonan umum) atau hiburan masal lain.

Selama dua abad setelah zaman Kristus, banyak laporan tertulis tentang popularitas virtouso-virtouso yang terkenal dan pekan raya musik yang diperlombakan. Banyak diantara kaisar mendukung kegiatan musik tersebut. Kaisar yang paling terkenal sebagai pemusik adalah Nero.

Kemerosotan kekuasaan Roma menyebabkan terhentinya kegiatan musik yang setelah abad ke-5, hampir semua naskah tentang musik sekuler lenyap. Yunani dan Romawi mewariskan buaday Isalam dan budaya barat pada abad pertengahan :

1. Ide tentang melodi yang terkait dengan teks, khususnya dari segi irama dan metrum.

2. Tradisi penyajian musik berdasarkan improvisasi

3. Filsafat tenatang musik sebagai :

a. sistem yang teratur dan yang berhubungan dengan hukum alam

b. suatu kekuatan yang sanggup unutuk mempengaruhi pemikiran dn kelakuan manusia.

4. Teori akustik yang dihasilkan secara ilmiah.

5. Sistem untuk membentuk tangga yang berdasarkan tetrakord – tetrakord

  1. Terminologi musikal.


BAB 2

MUSIK MONOFONIK – SAKRAL

DAN

SEKULER ( 0 – 1200)


A. Latar belakang

Puncak perkembangan kesenian dan ilmu yang terdapat di kekaisaran Romawi merosot dengan cepat di Eropa. Setelah kejatuhan bagian kekaisaran barat pada abad ke-5. Tradisi tinggi dari Yunani Roma hanya dilanjutkan di pusta kebudayaan Keltik di Irlandia dan kekaisaran Romawi bagian timur yang di pusatkan di Byzantium (Konstantinopel) kekaisaran timur kemudian diancam oleh kekuasaan Islam mulai abad ke-7, sedikit demi sedikit ditaklukkan oleh Kekaisaran Ottoman dari Turki. Dengan takluknya kota Konstantinopel oleh Turki pada tahun 1453, maka tidak ada kekaisaran timur lagi


  1. Suatu Masalah Besar Tentang Sumber – Sumber Naskah

Pada mulanya kita menyadari bahwa dokumen sejarah yang merupakan bukti mengenai perkembangan musik gerejawi secara umum dan Cantus Planus secara spesifik sangat kurang. Ada suatu bagian naskah dari akhir abad ke-3, yaitu beberapa baris notasi musik yang dituliskan dalam huruf Yunani. Tidak naskah-naskah notasi musik lain sampai tahun 875-925. Jadi ada satu kekosongan besar dari naskah-naskah bersejarah. Sesudah awal abad ke-10, ada banyak bahan sebagai sumber utama untuk penelitian.

Ini berarti bahwa kita tidak bisa menceritakan dengan pasti bagaimana terjadi perkembangan tradisi Cantus Planus Gregoria.


C. Sumber-sumber Cantus Planus yang Awal

Dalam hal ini para sarjana musik abad pertengahan (khususnya mereka yang mulai dari keterangan dari liturgi) merasa pasti bahwa proses pemindahan dari tradisi Yahudi ke tradisi Kristen, abd ke-1 sampai abad ke-3 berkesinambungan. Ciri-ciri ini khususnya terlihat dalam kedua tradisi tersebut :

  1. Kantilasi (bernyanyi pada satu nada saja yang dimulai dan diakhiri dengan frase dan terdiri dari beberapa nada lain) yang dipakai untuk membaca Alkitab.

  2. Mazmur Responsorial, ketikan jemaat salah satu ayat dari Mazmur sebagi refrein atau respon terhadap ayat-ayat lain dan di nyanyikan oleh seorang penyanyi solo. Sebuah contoh perjanjian Lama adalah Mazmur 136

  3. Mazmur Alleluia, yang dinyanyikan jemaat ”Alleluia” artinya ( puji Tuhan) dianatara setiap ayat Mazmur yang dinyanyikan oleh solois

  4. Mazmur Anthiphonal, yang dinyanyikan solois dan jemaat bergantian setiap ayat secar bersahut-sahutan.

  5. Tractus, sebuah mazmur yang bersifat renungan yang dinyanyikan sesudah membaca Alkitab

  6. Jubilius, sebuah melodi melismatik tanpa kata-kata yang dinyanyikan dengan riang ”jubilius” disinggung oleh Agustinus (354-430) dan beberapa sumber lain dari masa itu. Munkin ada hubungan dengan ide tentang sorak-sorakan kemenangan dari Kitab Mazmur

Disamping pengaruh musik Yahudi, kemungkinan besar ada juga pengaruh kebudayaan Yunani saat agama Kristen di sebarkan dalam daerah-daerah orang Yunani. Perjanjian Baru dan kebanyakan tulisan dari abad-abad pertama dari perkembangan agama Kristen dalam bahasa Yunani dan menjadi resmi sekitar tahun 400.

Generasi tokoh gereja pada akhir abad ke-4, seperti Jerome, Agustinus, dan Ambrosius, mengakui kekuatan musik. Agustinus menulis bahwa bagian ”jubilius” (yang melismatik) pada akhir kata ”Alleluia”, yang terdapat dalam nyanyian mazmur, dinyanyikan tanpa teks karena ”kata-kata tidak sanggup mengekspresikan apa yang diinginkan dinyanyikan oleh hati”

Ia mengakui kekuatan musik untuk kebaikan namun, Agustinus juga takut pada kekuatan musik yang dapat menimbulkan sutu kenikmatan dekat pada hawa nafsu. Berdasarkan segi negatif dari kuasa musik ini, para tokoh gereja menakutkan musik instrumental. Bagi mereka, musik instrumental ada hubungan aspek-aspek yang lain dari hidup sekuler di Kekaisaran Romawi, termasuk penyebahan berhala, teater dan sikap tuna susila. Pada akhir abad ke-4 musik gereja yang utama adalah mazmur-mazmur.

1. Byzantium

Musik gerejawi Byzantium, khususnya repertoar hymne dan mazmur responsorial terus berpengaruh di Eropa Barat sampai terjadinya perpecahan agung antara gereja timur dan gereja barat pada tahun 1054. Akan tetapi perkembangn poliponik tidak terja di gerej timur dan sistem notasi musik lebih dekat pada tradisi Yunani lama.

2. Eropa Barat

Kemungkinan yang pling besar adalah dokumentasi gaya-gya daerah yang msih ada memperlihatkan taraf yang kedua (termsuk tradisi Cantus Planus Ambrosia, yang dulu dianggap sebagai musik yang lebih tua daripada Cantus Planus Gregoria

3.Roma

Kita tidak tahu secara pasti bagaimana peranan Paus Gregorius I (590-604) dalam proses standarisasi musik gerejawi ini. Dari tulisannya sendiri tidak ada perintah-peritah spesipik


D. Cantus Planus Gregoria


1. Perkembangan Notasi Musik

Jenis notasi musik mulai diciptakn dan dikembangkan supaya lagu-lgu itu dapat ditransmisikan dengan tepat pada setiap wilayah. Ritme Cantus Planus Gregoria sudah lam menjdi pusat pembicaraan diantara para ahli di bidang ini dengan beberapa pendapat. Anggapan yang paling kuat bahwa pada umumnya tidak ada perasaan metrum, dengan irama yang bebas disusun menurut irama teks.


2. Tata Ibadah Gereja Roma dan Teks Cantus Planus Gregoria

Untuk mengerti kebesaran repertoar Cantus Planus Gregoria, yang setelah tahun 800 samapai dengan Konsilli Vatikan II, pada awal tahun 1960 menjadi musik gerejawi yang utama baik gereja Roma Katolik, perlu kita bahas secara singkat tata ibadah Roma. Ada dua golongan kebaktian yang utama : office dan misa. Ada 8 office yang diselengggarakan setiap hari biasanya hanya di biara – biara dan kathedral – kathedral secara umum.


3. Ciri – ciri Cantus Planus Gregoria

Ada tiga jenis Cantus Planus Gregoria yang tampak dalam naskah–naskahnya : 1. Gaya Syllabik atau bersuku kata dengan setiap suku kata dari teks disusun pada satu nada msing – masing. Kadang – kadang dua atau tiga kelompok nada dinyanyikan pada satu suku kata, khususnya pada kadens – kadens. Jenis ini termasuk lagu – lagu untuk pembacaan Alkitab, mazmur, dan liturgi misa, serta dianggap sebagai lagu – lagu yang paling tua dalam reportoar Cantus Planus Gregoria.

2. Gaya – gaya neumatik dengan melisma – melisma pendek yang terdiri dari dua sampai emapat nada pada setiap suku kata dipakai lebih sering daripada gaya Syllabik. Jenis ini termasuk introitus, kommunion, dan melodi - melodi untuk sanctus dan Agnus Dei

3. Gaya melismatik dengan adanmya melisma- melisma yang panjang yaiotu sepuluh sampai duapuluh nada atau lebih, yang dinyanyikan pada satu suku kata. Jenis ini adalah yang terbanyak termasuk Kyrie, dan gradual, Alleluia dan Offertorium serta Tractus.


4. Perkembangan Selanjutnya Dalam Cantus Planus Gregoria

Reportoar Cantus Planus Gregoria yang disebut klasik mungkin sudah menjadi standar pada awal abad ke-10. Namun bentuk – bentuk baru dikembangkan anatara tahun 900 sampai dengan 1300. Lagu – lagu ini termasuk trope, yang terdiri dari teks dan melodi baru yang ditambah pada satu Cantu Planus Gregoria yang sudah standar dalam buku tata ibadah

Akhirnya trope ini menjadi seperti sandiwara singkat. Hal – hal serupa terdapat pada ibadah Natal dan hari – hari besar lain dalam tahu gerejawi, kemudian menjadi terpisah dari konteks ibadah dan berdiri sendiri sebagai hiburan ”rohani” salah satu drama liturgis yang terkenal adalah Ludus Danielis (sebuiah sandiwara musik tentang cerita Daniel dari Perjanjian Lama). Yang terdiri hampir 50 melodi dari setiap segi tradisi Cantus Planus Gregoria. Karya ini di ciptakan untuk Kathedral Beauvais (di Perancis) sekitar tahun 1140. Pada mulanya suatu melodi yang paling sering menjadi dasar untuk sequentia adalah melisma dari Alleluia. Namun Cantus Melismatik lain kemudian digunakan sebagai dasar. Istilah yang dipakai untuk protes ini adalah prosula.




E. Musik Sekuler

Selama abad pertengahan tidak ada suatu perbedaan yang dibuat antara hal sakral dan sekuler. Musik gerejawi menjadi biasa dalam kehidupan sehari hari. Banyak lagu rakyat dari abad pertengahan dan lagu sekuler adalah adaptasi dari melodi - melodi Gregoria. Naskah – naskha berisi lagu sekuler yang paling tua dituliskan pada abad ke-12. Teksnya dalam bahsa Latin. Yang paling awal disebut laug Golliard. Para Golliard adalah pastor – pastor atau mahasiswa yang selalu mengembara dari satu sekolah ke sekolah lain ketika kampus belum didirikan. Lagu – lagu mereka menggambarkan kebiasaan hidup mereka dengan teks – teks tentang anggota, wanita, dan sindiran.

Pemusik – pemusik menciptakan lagu – lagu dalam bahasa jerman disebut Minne Singer. Yang paling terkenal yaitu Hans Sachs (pada tahun 1444 sampai 1576) yang ceritakan pada opera Richard Wagner Die Meistertesinger von Nurnberg. Tidak ada naskah – naskah yang berisi contoh – contoh lagu instrumental sampai tahun sekitar 1300. Namun lukisan dan banyak gambar dari naskah – naskah Alkitab dari zaman itu serta gambar – gambar yang terdapat jendela – jendela gereja, memperlihatkan beberapa jenis alat musik organ berbentuk ”portatif” atau (organ kecil yang biasa digerakkan) dan (positif) organ besar yang tidak bisa bergerak.



BAB 3

AWAL MUSIK POLIFONIK

DAN

PERKEMBANGANNYA


Permulaan dan perkembangan polifonik (susunan musik dalam dua suara atau lebih, yang berjalan sekaligus secara berbaris dan setelah abad ke-12 secara (indenpenden). Muncul sementara repertoat Cantus Planus Gregoria (musik monofonik) sedang berkembang di seluruh Eropa Barat. Belum ada penjelasan yang pasti proses bagaimana, mengapa dan dimana percobaan ini terjadi.

Sebelum ada notasi yang tepat untu kmusik polifonik, ada kemunkinan besar bahwa keterampilan bernyanyi dalam polifonik merupakan suatu tradisi yang berkembang melalui improvisasi. Walaupun polifonik yang di improvisasikan di perkirakan sudah ada pada abad ke-8, sumber keterangan kita yang paling awal menunjukkan sebuah risalah melaui teori musik dari abad ke-10

A. Teori – teori Awal musik Polifonik

Ada beberapa teori yang sudah di ajukan oleh para pakar musik abad pertengahan. Teori – teori musik adalah meliputi :

  1. Msik polifonik awal sering kali disebut organum dalam risalah – risalah teoritis. Ada anggapan dari beberapa bahwa istilah musik organum ini terkait dengan pemakaian oragan. Organ pipa yang ditup dengan pompa angin masuk ke Perancis dari Konstantinopel pada abad ke-8

  2. Dokumentasi mengenai tradisi musik Yunani kuno memperlihatkan pemakaian heterofoni (dua pemain yang membuat improvisasi pada melodi yang sama dan pada saat yang sama. Aulos dapat memainkan dua nada sekaligus, namun kebanyakan pakar musik kuno menganggap salah satu pipa berfungsi sebagai drone (sebuah nada yang berbunyi terus – menerus) yang mengiringi melodi dari pipa pertama.

  3. Polifoni terjadi karena perbedaan jenis suara misalnya suara tenor dan bass.

  4. Mungkin ada sumber dalam musik rakyat, misalnya pemakain nada – nada yang berbunyi secar terus – menerus yang sejajar dibawah atau diatas sebuah melodi. Ada kemungkinan besar bahwa hal ini merupakan kebiasaan di Pulau Orkney (yang terletak disebelah utara Skotlandia dan Islandia)

  5. Polifonik timbul setelah ada suatu pertemuan secara kebetulan

  6. Pemakaian polifonik dihasilkan dari filsafat spekulasi tentang kemungkinan diperdengarkan dua atau lebih interval pada saat yang sama.

  7. Mungkin jenis polifonik sudah ada dalam suatu tradisi di Eropa Barat. Mungkin polifonik itu di impor dari gereja timur.


B. Organum Awal Sampai Kira – Kira Tahun 1150

1. Organum Dalam Sumber – Sumber Teoritis

Suatu penjelasan yang jauh lebih lengkap dan yang termasuk contoh - -contoh tertulis yang dapat ditemukan dalam Musica Enchiriadis ; suatu risalah mengenai teori musik pada abad ke-10. Dua jenis oraganum (istilah yang dipakai untuk musik polifonik awal) di sebutkan dalam dokumen ini :

  1. dua suara berjalan dalam interval sejajar kalau perlu. Suara – suara itu kalau perlu di gandakan oleh suara lain dalam oktaf – oktaf sejajar. Suara satu menyanyikan Cantus Planus Gregoria (disebut vox principalis). Suara dua (vox organalis) bernyanyi sejajar dibawah suara satu dengan jarak nada kuart murni dan kuin murni.

b. Seperti pada butir a tetapi bagian awal dan akhir tidak berjalan secar sejajar. Nada pertama dan nada akhir biasanya unisono. Kalau ada kemungkinan akan terjadi tritonus. Vox organalis di betulkan untu menghindari tritonus.

Kuart murni adalah interval yang utama, dan terts besar atau kecil serta sekonde besar adalah interva- interval yang sekonde penting. Kuin murni dan sekonde kecil dianggap terlalu parau untuk dipakai.


2. Organum Dalam Naskah Notasi Musik Pada Tahun 1050 – 1150

Contoh – contoh organum pertama dalam naskah buku musik yang masih ada ditulis pada abad ke- 11. sebelum naskah yang sangat penting adalah Winchester Troper dari Inggris. Yang tampak dengan jelas dalam naskah ini vox organalis ditulis diatas Cantus Firmus, yaitu suara asli dari Cantus Planus Gregoria. Pola berlawanan juga tampak diantara suara – suara.

Cantus Firmus adalah suatu suara yang mbukan ciptaan baru dalam sebuah lagu polifonik, namun berfungsi sebagai dasar untuk komposisi suara – suara musik. Kita melihat nada – nada cantus firmus (biasanya disebut tenor dari kata tenere, bahasa Latin untuk menahan) begitu di perpanjang hingga melodi itu tidak mudah dikenal lagi sebagai bagian dari reportoar Cantus Planus Gregoria walaupun interval – intervalnya tidak terganggu. Jenis organum tua dalam gaya nada melawan nada mulai disebut discanmtus dan terus dipakai sebagai kontras dengan jenis organum melismatik.


C. Aliran Notre Dame dan Arts Antiqua (1150 – 1300)

Pada pertengahan sampai akhir abad ke-13 kota Paris menjadi pusat pendidikan seluruh Eropa Barat. Universitas Paris terkenal dalam musik gerejawi, Katedral Notre Dame di Paris menjadi pusat perkembangan ilmu polifonik .dalam karya - karya leonin dan perotein , yang termasuk para komponis musi kBarat yang pertama, yang namanya masih dikenal.

1. Leoninus

Lagu – lagu Leoninus diciptakan sekitar tahun 1163 – sampai 1182dan di kumpulkan dalam sebuah buku Magnus Liber. Ada empat naskah yang berisi Magnus Liber ini, barangkali salinan naskah asli. Tidak ada keterangan tentang riwayat hidup pribadi Leoninus

2. Perotinus

Sumber – sumber keterangan diambil dari naskah Anonymous ke-4 (sekitar tahun 1275) dan juga dari seorang teoretikus musik abad ke- 13 yang bernama Johannes de Garlandia. Hal ini di buat supaya lagu – lagu itu agak lebih pendek, yaitu supaya cantus firmus lebih cepat habis. Protinus menciptakan musiknya sekitar tahun 1190 – 1220.

3. Perkembangan Motet

Ada tiga tingkat dalam perkembangan motet pada abad ke-13 :

  1. setiap suara berjalan dalam irama hampir sama, walapun teksnuya berbeda.

  2. bagian tenor disusun dalam pola ritmik tertentu, namun masih berdasarkan tenor dari organum yaitu (melodi Gregoria) suara – suara atas menjadi indenpenden dalam ritmennya dari tenor.

  3. Semua suara berbeda dalam susunan dan irama. Sistem ritme mulai diubah menjadi pola – pola ritmik lain, khususnya dalam suara tinggi dengan nada – nada yang cepat sekali di pakai


4. Notasi Mensural

Dalam sistem notasi ini ada empat nilai nada yang panjang disebut Maximus, sesudah itu ada Lunga, Brevis, dan Semi Brevis. Sistem ini disebut Notasi Franconian karena dipelopori oleh seorang teoretikus musik yang bernama Franco dari Koln.

Notasi ini adalah percobaan untuk menotasikan irama yang begitu rumit dan kompleks dalam Motet. Pada butir c diatas cara yang lebih tepat namun pada akhir abad ke-13 dalam sistem Franconion, semua nilai nada berdasarkan angka tiga, misalnya tiga brevis. Gaya notasi Franconian ini dibuat lebih kompleks lagi oleh Petrus de Cruce yang memasuki kelompok semi brevis yang tidak biasa dalam motef – motefnya, sehingga dalam beberapa kasus, empat sampai dengan tujuh semi brevis bisa sama dengan satu brevis. Perkembangan ini menmgakibarkan brevis menjadi lebih lambat sifatnya, sehingga secara praktis brevis menjadi hampir sama panjangnya dengan nilai lunga.







BAB IV

MUSIK ARS NOVA DI PERANCIS

DAN

ITALIA (1300 – 1420)


A. Latar Belakang Dalam sejarah dan Kesenian Lain

Dibandingkan dengan abad ke-13, yang merupakan puncak kekuasaan Paus dengan gereja Roma Katolik serta filsafat Kristen abad ke-14 ditandai dengan satu kemerosotan kekuasaan Paus dan gereja. Sejak abad ke -14, keadaan kota Roma kacau. Raja Perancis merupakan sekutu Paus yang paling kuat, kemudian campur tangan dalam proses pemerintahan gereja hingga dapat dikatakan dialah yang berkuasa atas Paus.


B. Musik Ars Nova

Istilah Ars Nova (gaya baru) untuk menyebutkan gaya musik abad ke-14 diambil dari satu judul risalah musik yang ditulis oleh komponis Phillippe de Vitry (1291 – 1361) sekitar tahun 1320. Gaya ini dianggap baru, khususnya, karena menurut Vitry komponis boleh memakai metrum yang berdasarkan dua atau empat ketuk metrum yang sempurna yaitu berdasarkan tiga ketuk seperti kebanyakan musik yang ditulis pada abad ke-13. Tanda untuk membedakan not panjang mulai lebih jelas, disamping sistem ligatura yang lama.


C . Guillaume de Machaut

Machaut adalah satu – satunya komponis pada abad prrtengahan yang diwakili oleh hampir setiap karyanya pada msa kini. Lagu – lagu monofonik dari Machut melanjutkan tradisi trouvere di Perancis yang terdiri dari lai, sebuah bentuk lagu dan abad ke-12 yang disusun seperti sequentrial dan 25 virelai.

Ballade adalah bentuk puisi yang terdiri dari tiga bait. Satu bentuk ballade yang khusus adalah ballade ganda dengan dua suara dinyanyikan (masing-masing mempunyai teks sendiri) dengan iringan satu atau dua suara instrumental.


D. Musik Italia pada abad ke-14

Landini adalah seorang pelukis yang bernama Jaccopo del Cansentino. Ia menjadi buta sejak kanak – kanak akibat penyakit cacar. Kemudian ia memusatkan perhatiannya pada pelajaran musik sehingga ia menjadi pemain organ yang paling terkenal di Italia. Musik Landini terasa lebih modern dari kebanyakan musik Ars Nova lain karena lirik melodi dan harmoni yang halus.


E. Musik di Avignon pada Akhir abad ke-14

Musik Avignon ini sangat kompleks dari segi notasi, ritme, bentuk, harmonik kromatis dan disonan. Musi ktersebut sangat menarik, tetapi gaya Avignon ini tidak berpengaruh pada masa berikutnya. Para komponis Avignon yang paling penting termasuk seorang Italia, Anthonello da Caserta, dan dua komponis Perancis yang bernama Sollage dan Jacob de Senlenches. Karya – karya mereka diabadikan dalam satu naskha yang berjudul Chantilly Codes.



BAB V

JOHN DUNSTABLE

DAN

GAYA INGGRIS PADA AWAL ABAD KE- 15


Dua dari tiga aliran utama dari Ars Nova yang mempengaruhi perkembangan musi kselam mas transisi adalah :

  1. Gaya aliran utama dari Ars Nova yang dipusatkan di Perancis yang diwakili oleh Machaut. Gaya ini termasuk pemakaian teknik iso ritme sebagai dasar dalam komposisi motet – motet.

  2. Musik polofonik didaerah di Italia yang muncul pertama kali pada ke-14, dan diwakili oleh Landini. Kanon adalah suatu teknik yang sering dipakai.


A. Musik di Inggris Sampai Akhir Abad ke-14

Sejak abad ke-13, gaya musik polifonik inggris sangat kontras dengan gaya Perancis. Hal ini terlihat dalam kecenderungan musik:

  1. Penggunaan tangga nada mayor yang lebih menonjol daripada modus gerejawi

  2. Gaya yang bersifat harmonis daripada kecenderungan musik di Perancis pada suara – suara indenpenden, teks – teks yang berbeda yang disuarakan sekaligus dan efek –efek disonan

  3. Gaya yang berbunyi sonoritas yang lebih penuh. Hal ini sudah tampak dal msebuah kanon ganda dalam enam suara yang diciptakan sekitar pertengahan abad ke-13 yang berjudul “Sumer is icumen in”

  4. interval terts dan skets lebih sering dipakai daripada musik Eropa


B. Musik di Inggris Pada Awal Abad ke-15

Lima hal yang mempengaruhi perkembangan musik Eropa selanjutnya muncul dalam ciptaan para komponis Inggris dari awal abad ke-15 termasuk :

  1. Pemakaian trisuara lengkap dalam kebanyakan akord. Dengan demikian kita melihat permulaan ilmu harmoni yang kemudian menjadi suatu dasar musik barat sampai kini.

  2. Melodi – melodi yang memakai progresi nada 1-3-5. Kedengarannya seperti tangga nada mayor.

  3. Pemakaian homofoni yaitu rangkaian akord – akord dalam irama yang hampir sama semua suara.

  4. Harmoni yang hampir selalu konsonan. Disonan – disonan tidak dipakai pada ketukan yang kuatdan sering kali hanya dipakai nada lewat.

  5. Pemakaian dalam bagian – bagian dua suara yang sangat pentingnya sebagai kontras dengan bagian – bagian lain dan disusun dalam untuk banyak suara (yaitu kebiasaan memakai tiga atau empat suara kadang –kadang lima). Kita bisa melihat pada permulaan ”orkestrasi kor”.


C. Leonel Power (sekitar tahun 1375 – 1445)

Komponis terpenting dalam naskah Old Hall adalah Leonel Power, walaupun karya yang terlihat dalam kumpulan tersebut adalah karya awal. Nasakah – naskah Leonel Power yang lain memang kebanyakan berasal dari beberapa sumber Eropa. Hal ini menggambarkan Leonel Power diluar Inggris walaupun dia tidak mendapat penghargaan setara dengan Jhon Dunstable. Keterangan tentang riwayat hidup Leonel Power hampir tidak ada. Ia meninggal dunia di kota Canterbury, pada tahun 1445.

Motet – motet Power tergolong dalam tiga kategori yang berkaitan satu sama lain :

  1. Harmonisasi melodi –melodi dari Cantu Planus Gregoria yang dibuat secara sederhana ”diskant” dengan jalan kontrapung nada melawan nada.

  2. Motet – motet dalam tiga tempat suara yang suara tertinggi mempunyai peranan penting. Suara kedua dan ketiga sering kali terlambat dari suara pertama.

  3. Beberapa motet mungkin diciptakan oleh Power pada akhir hidupnya. Dalam lagu –lagu ini semua suara mempunyai kepentingan sama, musiknya hampir selalu konsonan terdapat bagian – bagian imitasi ritmik dan melodis serta teksnya disusun lebih teliti berdasarkan norma – norma pada masa itu. Cantus Firmus tidak dipakai oleh Power dalam karya – karya ini seluruh musiknya baru.


D. Jhon Dunstable (sekitar tahun 1390 – 1453)

Jhon Dunstable adalah komponis terkenal dalam kelompok komponis Inggris, yang begitu berpengaruh pada awal abad ke-15. Karya – karya Jhon Dunstable yang paling awal, yang masih ada pada masa kini mungkin diciptakan olehnya antara tahun 1410 – 1420an. Kebenaran Jhon Dunstable sebagai pemusik tercatat untuk pertama kali dalamsebuah sajak ciptaan Martin le Franc yang ditulis sekitar tahun 1440an.

Margaret Bent (New Grove Dictionary of Music and Musicians) menggolongkan music Jhon Dunstable dalam emapat kategori :

  1. Lagu – lagu yang dibentuk isoritmik. Sebuah tenor biasanya cantus firmusnya, terletak di bawah, dua atau tiga suara ada diatasnya. Teknik isoritmik dapat didasarkan hanya pada tenor seperti dalam mia –misa atatu diapaki Jhon Dunstable dalam semua suara, seperti kebanyakan motet. Seperti biasa dalam motet – motet isoritmik dari masa Ars Nova, ada beberapa teks yang dinyanyikan sekaligus. Sebuah adalah veni Sancte Spiritus untuk empat suara.

  2. Lagu – lagu yang berdasarkan Cantus Planus Gregoria namun bukan isoritmik. Cantus Firmus terdapat dalam salah satu dianatar tiga suaranya.

  3. Lagu – lagu dalam ballade, dengan sebuah melodi, yang baru diciptakan atau berdasarkan Cantus Planus Gregoria yang dinyanyikan diatas dua suara iringan yang bergerak lebih lambat dari pada suara pertama. Kategori lagu ini paling berpengaruh musik Burgundi.

  4. Lagu –lagu dengan irama teks mempengaruhi irama musik. Teks (satu saja) diucapkan oleh para penyanyi dengan jelas. Setiap suku kata diucapkan secara serempak. Tidak ada cantus firmus, semua suara diciptakan Quam pulchra est adalah contoh gaya ini yang paling jelas.


Musik Jhon Dunstable merupakan puncak musik Inggris pada abad ke-15 dalam kesempurnaan teknik komposisinya.